Mimisan memang bukan penyakit, tapi bisa jadi salah satu gejalanya.
SARI, 32, cemas saat anaknya, Hugo, 4, mimisan sampai empat kali dalam seminggu. “Tubuhnya tidak lemas atau sakit. Dia mimisan, berhenti, lalu mimisan lagi, sampai empat kali minggu ini,” katanya.
Dia memang tak langsung mengajak Hugo ke dokter karena berpikir yang dialaminya itu tidak serius. Sari sempat menebak penyebabnya adalah Hugo yang selalu aktif bergerak, ditambah perubahan cuaca yang tengah melanda Jakarta akhirakhir ini. “Cuaca di sini kan lagi enggak menentu, kadang panas, tiba-tiba jadi dingin dan hujan, mungkin pengaruh,” ujarnya.
Tebakan Sari ada benarnya. Menurut spesialis telinga hidung dan tenggorok (THT) Dr Bambang Sukmadi SpTHT, udara dingin mengakibatkan udara lembap sehingga pernapasan mengering, selaput lendir mudah pecah, dan terjadi pendarahan di hidung alias mimisan, atau dalam istilah medis disebut epistaksis. “Beberapa penyebab mimisan antara lain trauma, infeksi, dan kebiasaan menggaruk hidung terlalu keras,” ujar Bambang ketika ditemui di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta, Selasa (13/1).
Sementara itu, spesialis THT di RS Internasional Bintaro, Dr S Faisa Abiratno SpTHT, MSc mengungkapkan faktor penyebab mimisan termasuk faktor lokal, regional, dan sistemik. “Faktor lokal biasanya masalah di dalam hidung, dan faktor regional umumnya kerusakan organ di sekitar hidung, namun jarang terjadi.”
Faktor sistemik, lanjut Faisa, menyangkut tubuh secara umum. Misalnya pada penderita hipertensi, meningkatnya tekanan darah akan mengakibatkan pembuluh darah di hidung pecah. Selain itu, penyakitpenyakit pembuluh darah, kelainan darah, kegagalan fungsi ginjal, kegagalan fungsi hati, leukemia, hemofilia, dan demam tifoid juga dapat menimbulkan mimisan.
Pecah Masih menurut Faisa, mimisan terjadi karena pecahnya pembuluh darah di hidung bagian depan atau belakang. “Secara anatomis, rongga hidung yang berbentuk piramida dibagi menjadi dua, kanan dan kiri, dengan sekat hidung yang terdiri dari tulang dan tulang rawan,” ungkapnya.
Permukaan rongga hidung dilapisi selaput lendir, termasuk sekat. Bagian depan sekat hidung ini penuh kapiler atau pembuluh darah kecil sehingga membentuk anyaman yang disebut pleksus Kiesselbach.
Faisa mengatakan 90% pendarahan hidung disebabkan robeknya selaput lendir di pleksus Kiesselbach. Kemungkinan lain, pendarahan di hidung bagian belakang yang sulit dilihat, berarti lebih serius.
Menurut Faisa, mimisan paling banyak terjadi pada usia anak-anak sampai menjelang pubertas. Jumlahnya menurun tapi kemudian meningkat lagi pada usia lanjut.
“Angka kejadian mimisan sekitar 15% pada usia anak-anak, tetapi hanya sekitar 1% yang betul-betul memerlukan penanganan dokter untuk mengatasi perdarahannya.”
Menurut Bambang, mimisan pada anak biasanya disebabkan menggaruk terlalu keras sehingga hidung berdarah.
Mimisan pada dewasa biasanya disebabkan hipertensi dan tumor. “Tidak tertutup kemungkinan anak-anak mengidap tumor, karena saya pernah menangani satusatunya anak yang menderita tumor pada hidung,” kata Bambang.
Dalam Familydoctor.org disebutkan, semakin tua usia orang yang mengalami mimisan, penyebabnya semakin serius, termasuk hipertensi.
Umumnya, lanjut Faisa, pertolongan yang dilakukan sendiri di rumah sudah membantu menghentikan perdarahannya.
Tapi Bambang mengingatkan, anak yang mimisan berulang-ulang atau lebih dari sekali dalam seminggu harus diperiksakan dokter. Familydoctor.org juga menginformasikan, jika mimisan terjadi lebih dari 20 menit atau disebabkan benturan atau pukulan, segera periksa ke dokter.
Pertolongan Pertama Penderita Mimisan
PANIK. Ini mungkin reaksi spontan bila hidung Anda mengeluarkan darah atau melihat hidung orang lain mengeluarkan darah, baik itu dari satu lubang ataupun kedua-duanya. Menurut spesialis telinga hidung dan tenggorok (THT), Dr Bambang Sukmadi SpTHT dan Dr S Faisa Abiratno SpTHT MSc, kita tidak perlu khawatir akan mimisan.
Berikut beberapa petunjuk menangani mimisan.
1. Gunakan daun sirih yang digulung dan dimasukkan ke lubang hidung yang berdarah.
Penelitian membuktikan daun sirih memiliki zat tanin yang mampu menghentikan pen darahan pada hidung.
2. Hindari usaha mengeluarkan ingus atau blowing nose.
Karena ketika mimisan, kegiatan mengeluarkan ingus hanya akan menambah pendarahan hidung.
3. Letakkan es untuk mengom pres di atas kedua cuping hidung atau tekan dengan ibu jari dan telunjuk selama 10-15 menit untuk menghentikan pendarahan.
4. Siapkan kapas yang dipadat kan agak lonjong dan masuk kan ke lubang hidung.
Lekat kan di sisi sekat hidung atau di bagian te-ngah, lalu tekan cuping hidung dari luar de ngan ibu jari dan telunjuk.
5. Bila masih berdarah, apalagi ditambah darah keluar dari mulut, mungkin perdarahan terjadi di bagian belakang hidung. Segera konsultasikan dengan dokter.
6. Kalau perdarahannya banyak, usahakan posisi kepala me nengadah untuk menghindari darah mengalir ke tenggorok dan menghindari darah menu ju paru-paru, terutama pada anak-anak.
Sumber artikel : mediaindonesia.com
SARI, 32, cemas saat anaknya, Hugo, 4, mimisan sampai empat kali dalam seminggu. “Tubuhnya tidak lemas atau sakit. Dia mimisan, berhenti, lalu mimisan lagi, sampai empat kali minggu ini,” katanya.
Dia memang tak langsung mengajak Hugo ke dokter karena berpikir yang dialaminya itu tidak serius. Sari sempat menebak penyebabnya adalah Hugo yang selalu aktif bergerak, ditambah perubahan cuaca yang tengah melanda Jakarta akhirakhir ini. “Cuaca di sini kan lagi enggak menentu, kadang panas, tiba-tiba jadi dingin dan hujan, mungkin pengaruh,” ujarnya.
Tebakan Sari ada benarnya. Menurut spesialis telinga hidung dan tenggorok (THT) Dr Bambang Sukmadi SpTHT, udara dingin mengakibatkan udara lembap sehingga pernapasan mengering, selaput lendir mudah pecah, dan terjadi pendarahan di hidung alias mimisan, atau dalam istilah medis disebut epistaksis. “Beberapa penyebab mimisan antara lain trauma, infeksi, dan kebiasaan menggaruk hidung terlalu keras,” ujar Bambang ketika ditemui di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta, Selasa (13/1).
Sementara itu, spesialis THT di RS Internasional Bintaro, Dr S Faisa Abiratno SpTHT, MSc mengungkapkan faktor penyebab mimisan termasuk faktor lokal, regional, dan sistemik. “Faktor lokal biasanya masalah di dalam hidung, dan faktor regional umumnya kerusakan organ di sekitar hidung, namun jarang terjadi.”
Faktor sistemik, lanjut Faisa, menyangkut tubuh secara umum. Misalnya pada penderita hipertensi, meningkatnya tekanan darah akan mengakibatkan pembuluh darah di hidung pecah. Selain itu, penyakitpenyakit pembuluh darah, kelainan darah, kegagalan fungsi ginjal, kegagalan fungsi hati, leukemia, hemofilia, dan demam tifoid juga dapat menimbulkan mimisan.
Pecah Masih menurut Faisa, mimisan terjadi karena pecahnya pembuluh darah di hidung bagian depan atau belakang. “Secara anatomis, rongga hidung yang berbentuk piramida dibagi menjadi dua, kanan dan kiri, dengan sekat hidung yang terdiri dari tulang dan tulang rawan,” ungkapnya.
Permukaan rongga hidung dilapisi selaput lendir, termasuk sekat. Bagian depan sekat hidung ini penuh kapiler atau pembuluh darah kecil sehingga membentuk anyaman yang disebut pleksus Kiesselbach.
Faisa mengatakan 90% pendarahan hidung disebabkan robeknya selaput lendir di pleksus Kiesselbach. Kemungkinan lain, pendarahan di hidung bagian belakang yang sulit dilihat, berarti lebih serius.
Menurut Faisa, mimisan paling banyak terjadi pada usia anak-anak sampai menjelang pubertas. Jumlahnya menurun tapi kemudian meningkat lagi pada usia lanjut.
“Angka kejadian mimisan sekitar 15% pada usia anak-anak, tetapi hanya sekitar 1% yang betul-betul memerlukan penanganan dokter untuk mengatasi perdarahannya.”
Menurut Bambang, mimisan pada anak biasanya disebabkan menggaruk terlalu keras sehingga hidung berdarah.
Mimisan pada dewasa biasanya disebabkan hipertensi dan tumor. “Tidak tertutup kemungkinan anak-anak mengidap tumor, karena saya pernah menangani satusatunya anak yang menderita tumor pada hidung,” kata Bambang.
Dalam Familydoctor.org disebutkan, semakin tua usia orang yang mengalami mimisan, penyebabnya semakin serius, termasuk hipertensi.
Umumnya, lanjut Faisa, pertolongan yang dilakukan sendiri di rumah sudah membantu menghentikan perdarahannya.
Tapi Bambang mengingatkan, anak yang mimisan berulang-ulang atau lebih dari sekali dalam seminggu harus diperiksakan dokter. Familydoctor.org juga menginformasikan, jika mimisan terjadi lebih dari 20 menit atau disebabkan benturan atau pukulan, segera periksa ke dokter.
Pertolongan Pertama Penderita Mimisan
PANIK. Ini mungkin reaksi spontan bila hidung Anda mengeluarkan darah atau melihat hidung orang lain mengeluarkan darah, baik itu dari satu lubang ataupun kedua-duanya. Menurut spesialis telinga hidung dan tenggorok (THT), Dr Bambang Sukmadi SpTHT dan Dr S Faisa Abiratno SpTHT MSc, kita tidak perlu khawatir akan mimisan.
Berikut beberapa petunjuk menangani mimisan.
1. Gunakan daun sirih yang digulung dan dimasukkan ke lubang hidung yang berdarah.
Penelitian membuktikan daun sirih memiliki zat tanin yang mampu menghentikan pen darahan pada hidung.
2. Hindari usaha mengeluarkan ingus atau blowing nose.
Karena ketika mimisan, kegiatan mengeluarkan ingus hanya akan menambah pendarahan hidung.
3. Letakkan es untuk mengom pres di atas kedua cuping hidung atau tekan dengan ibu jari dan telunjuk selama 10-15 menit untuk menghentikan pendarahan.
4. Siapkan kapas yang dipadat kan agak lonjong dan masuk kan ke lubang hidung.
Lekat kan di sisi sekat hidung atau di bagian te-ngah, lalu tekan cuping hidung dari luar de ngan ibu jari dan telunjuk.
5. Bila masih berdarah, apalagi ditambah darah keluar dari mulut, mungkin perdarahan terjadi di bagian belakang hidung. Segera konsultasikan dengan dokter.
6. Kalau perdarahannya banyak, usahakan posisi kepala me nengadah untuk menghindari darah mengalir ke tenggorok dan menghindari darah menu ju paru-paru, terutama pada anak-anak.
Sumber artikel : mediaindonesia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar